Wednesday, August 17, 2011

500 days Of Summer : Pledoi Untuk Summer


Apa yang paling tidak bisa dilupakan setelah menyaksikan 500 Days of Summers, selain tentunya ke anggunan Zoey Deschanel , adalah kesulitan untuk menemukan siapa yang salah dalam kisah cinta Summer dan Tom. Bagi kebanyakan dari kita yang terbiasa menilai hubungan dalam kerangka moral yang hitam putih, mungkin akan kecewa menemui alur cerita film ini, atau malah tetap memaksakan cara pandangan yang mapan dalam menafsirkannya. Pada akhirnya menilai Summer sebagai tokoh antagonis.


Mudah memang menilai Summer sebagai tokoh antagonis.  Pilihannya untuk tidak berkomitmen dengan Tom dan keputusannya untuk meninggalkan Tom yang berharap lebih dari “sekedar teman”, terlihat tidak adil bagi kebanyakan orang. Hubungan lebih sering dilihat dalam bentuk konsistensi, dan karenanya bersikap tidak konsisten adalah pengkhianatan. Tepat disinilah masalahnya, titik tolak pijakan moral kedua tokoh dalam film ini berbeda sama sekali, inilah yang menjadi dasar konflik.

Bila kita perhatikan, narasi film ini merupakan pembalikan atas konsepsi gender yang “normal”. Tom adalah pemuda yang hidup dalam kerangka budaya “normal” sebagaimana diyakini sebagian besar masyarakat. Semenjak kecil terpengaruh oleh berbagai cerita film yang ditulis dengan gaya cinderela kompleks. Akibatnya, ia percaya konsepsi cinta platonis. Singkat kata, semua yang dipercaya Tom, umumnya menjadi kontruksi wanita dalam berbagai produk budaya.

Sedangkan tokoh Summer sebaliknya, merupakan tokoh wanita yang amat rasional. Baginya, hubungan hanya dapat dinilai atas dasar kebutuhan. Karenanya, ia menolak berada dalam suatu hubungan yang berkomitmen pada komitmen itu sendiri. Komitmen mestilah didasarkan atas suatu tujuan. Apabila tujuan yang dinginkan telah dicapai, tidak ada lagi alasan untuk tetap berada dalam suatu hubungan. Dengan kata lain, cinta bukanlah kata-kata kosong tanpa makna, ia mesti bernama.

Bagi sebagian besar kita yang menilai komitmen sebagai bentuk tanggung jawab dan cinta, tentu karakter  Summer, dengan mudah di tempatkan dalam kategori antagonis. Namun bukan itu, setidaknya menurut saya, yang menjadi tujuan film ini. 500 days of Summer justru mengajak kita menawar kembali konsepsi tersebut. Tawaran itu, seperti yang dikatakan Summer pada Tom, bahwa ia tidak bisa menjanjikan tidak akan terbangun disuatu pagi dan merasa tidak yakin akan cintanya pada Tom. Bagi saya, tawaran itu adalah kejujuran.

Apa yang diungkap Summer dalam dialog tersebut, refleksi dari keyakinan akan hidup yang kompleks. Jikalah hidup dikatakan sebagai penderitaan, adalah karena manusia tidak pernah tahu akhir dari sebuah cerita. Persis seperti ungkapan Chairil Anwar dalam puisi “Catetan Thn 1946”, “hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang, tidak tahu romeo dan Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang”. Alih-alih “meringkus” kenyatan yang kompleks dalam janji kepastian, Summer memilih merayakannnya, dengan menolak konsepsi hubungan yang “normal”.   

Meski dibuat dalam sudut pandang Tom, bagi saya, film ini mengajak kita memahami dunia dari tempat dimana Summer melihat. Setidaknya ada beberapa pertanyaan bagi saya, sendainya kita berperan sebagai Summer. Diantaranya, benarkah cinta adalah komitmen yang tulus? Lalu mengapa orang dipaksa untuk terus berada didalamnya meski tidak bahagia? Benarkah rasa kehilangan (seperti yang ditunjukkan Tom) merupakan ungkapan cinta (pada Summer)? atau jangan-jangan adalah bentuk hasrat narsistis/penguasaan.

Melalui film arahan sutradara Marc Webb ini, kita belajar untuk melihat wajah “cinta” dari sisi yang berbeda. Ia bukanlah kesucian tapi kenyataan. Cinta tidak selamanya seperti dalam kisah fairy tale, lembut dan penuh penuh pengorbanan, melainkan juga sumber penderitaan, ke egoisan dan nafsu penguasaan. Dengannya, kita diajak menerima cinta sebagai hidup itu sendiri. Itulah setidaknya mengapa bagi saya film ini menjadi penting.

5 comments:

  1. Artikel yang sungguh menarik. Melihat peran dari sudut pandang yang berbeda.

    ReplyDelete
  2. saya setuju dengan artikel ini.

    dan ingat ketika summer memperingatkan tom bahwa hubungan nya tidak mau dianggap serius,dan tom menerima tawaran tersebut.

    yup,disini lah awal itu semua terjadi

    ReplyDelete
  3. baru membaca artikel ini.

    dan sepakat :)

    ReplyDelete
  4. saya masih bingung,,kenapa summer meninggaljan Tom?

    ReplyDelete